“Siapapun yang takut akan perubahan, maka siap-siap untuk ketinggalan.” Entah itu kutipan aku dapat dari mana, yang jelas aku setuju dan merasakan bahwa kalimat itu nyata.
Sebagai contoh, toko konvensional yang sepertinya harus pula ada via daring. Kalau enggak begitu, siap-siap toko akan sepi. Kita enggak bisa memaksa untuk terus memakai cara lama sementara zaman semakin maju, manusia-manusia pintar sedang menciptakan hal-hal baru.
Sama halnya dengan buku cetak dan e-book. Buku seakan menemukan versi terbarunya di era modern ini setara dengan perkembangan teknologi. Dikutip dari BBC, sebuah survey di Amerika Serikat bahwa pada tahun 2013 silam, 3 dari 10 orang telah membaca buku elektronik. Sekarang sudah tahun 2018, jumlah itu pasti bertambah.
Termasuk Penggemar Buku Cetak atau Elektronik?
pexels.com |
Mari tanyakan pertanyaan yang sama pada diri kita masing-masing. Kalau aku, aku sebenarnya lebih ke buku cetak. Aku rada kurang srek dengan menatap layar dan feel-nya itu lebih dapat ketika buku itu dicetak berbentuk kertas.
Sampai muncullah sebuah kondisi di mana membawa buku cetak enggak memungkinkan untukku. Aku mencoba berdamai dengan buku elektronik. Lalu dengan ajaib aku sedikit terbiasa dengan e-book ini. Mungkin ini yang juga dialami sejumlah orang.
So, aku sekarang punya buku cetak dan terakhir beli buku cetak itu bulan Juli kemarin. Tapi, aku juga sudah welcome dengan e-book.
Sekarang Itu Zamannya Cloud Storage
multipelife.com |
Penyimpanan secara online sedang dalam masanya. Aku pribadi sudah mulai meninggalkan menyimpan file dengan cara offline dan beralih ke penyimpanan online atau lebih dikenal dengan sebutan cloud.
Penyimpanan online sungguh berguna dan membuat hidup lebih mudah. Pertama kita bisa bawa berbagai macam buku dan data tanpa ada bentuk fisiknya yang merepotkan.
Kedua, kita bisa akses di mana saja melalui komputer manapun tanpa harus membawa flash dick atau hard disk yang memang sudah mulai ketinggalan zaman.
Nah, perkembangan teknologi yang disukai manusia zaman sekarang ini lebih cocok ke buku elektronik di mana aksesnya dapat memudahkan manusia dengan berbagai profesi. Cukup bermodalkan satu benda kecil dan dengan sentuhan jari.
Pendapat dari Robert Stein
Dilansir dari laman bbc.com, Robert Stein yakni seorang pendiri institute for the Future Book banyak menyumbangkan hasil pengamatannya. Dari bacaan itu, dapat disimpulkan bahwa peranti untuk mengakses buku elektronik sedang terus berkembang.
Contohnya saja adanya iBook Store pada iOS dan ada pula yang tersedia pada Android dan itu legal yang memiliki izin. Lalu, dinyatakan pula bahwa kemungkinan buku cetak akan menjadi hal yang tidak biasa lagi di 10 tahun mendatang menurut data-data dan sejumlah research yang telah dilakukan.
Apakah Ini Pertanda Buruk bagi Penulis?
Tentu saja tidak. Seperti yang aku katakan di awal-awal tadi, setiap profesi yang ada di tahun ini harus berani mengalami perubahan. Kita harus mengikuti zaman dan menyesuaikannya.
Aku jadi ingat pesan Deddy Corbuzier pada sebuah talk show, beliau mengatakan bahwa kuncinya adalah ikuti zaman dan buatlah perubahan dan perkembangan.
Perlu diingat lagi juga bahwa e-book yang dibicarakan di sini bukanlah e-book yang dijual secara ilegal dengan harga murah meriah. Kalau yang ini jelas menghancurkan dan mengganggu profesi seorang penulis.
labnol.org |
Buku elektronik yang dimaksudkan di sini adalah buku yang memang legal, bekerjasama dengan penulis dan penerbitnya dan dijual dengan harga yang manusiawi.
Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca
14 September merupakan tanggal yang disahkan sebagai hari kunjung perpustakaan dan bulan September ini juga dianggap sebagai bulan gemar membaca. Sebagai seorang bloger dan seorang yang mengagumi buku, aku turut memeriahkan hari perayaan ini dengan menulis artikel ini dalam rangka blog collab bulanan FBB Kolaborasi.
FBB kolaborasi merupakan sebuah kegiatan rutin bulanan yang diadakan komunitas blogger perempuan di Banjarmasin yaitu dengan membuat konten dengan tema yang sama. FBB Kolaborasi bulan ini bertema all about books dan dalam rangka memeriahkan hari besar 14 September.
Kesimpulannya, sebenarnya enggak ada yang berbeda antara buku cetak dengan buku elektronik. Keduanya tetaplah buku yang enggak bakal terganti pamornya. Hanya saja, cara akses dan bentuknya yang mulai berubah dan berbeda. Baik itu pembaca dan penulis, mereka harus siap dengan segala bentuk perubahan.